http://bank-immo.blogspot.com/2012/11/cerita-kecil-jembatan-gantung-di-sindang.html
(Foto sekilas tentang pinggiran desa banjaran yang dilihat dari perbatasan desa, antara desa banjaran dengan desa sindang dari jembatan gantung)
Banjaran
adalah desa di Kecamatan Bojongsari, Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia.
Banjaran terletak di tepi Kali Klawing anak sungai serayu. Desa ini memiliki
industri kecil kerajinan anyaman dinding bamboo dan pembuatan gula kelapa. (http://id.wikipedia.org/wiki/Banjaran,_Bojongsari,_Purbalingga).
Desa Banjaran merupakan salah satu dari
13 Desa yang ada di kecamatan Bojongsari, Desa Banjaran sendiri mempunyai luas
wilayah 327.990 Ha atau 3.28 Km, dengan jumlah penduduk 5.832 jiwa dengan Laki-Laki 2.932 dan Perempuan 2.900 yang terdiri
dari 1.799 KK (Data Per-31 Desember 2013) bisa dikatakan pemukiman padat penduduk sedangkan Kabupaten
Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 18 Kecamatan dan 359 Desa.
Terbententuknya atau Lahirnya menjadi Desa Banjaran belum diketahui secara pasti, akan tetapi informasi tersebut bisa terjawab secepatnya. Kehidupan
masyarakat Desa Banjaran rata – rata dengan penghasilan
pekerjaan sangatlah minim, sebagian besar perekonomian masyarakat pada umumnya
menengah ke bawah, Kerajinan anyaman
dinding dari bamboo atau biasa disebut dengan Bilig yang merupakan mata pencaharian
utama masyarakat. Biasanya masyarakat mengerjakan pekerjaannya dalam sehari
maksimal satu keluarga paling banyak 2 lembar bilig yang hasilnya hanya bisa
dimakan oleh keluarganya, akan tetapi disamping bilig sudah jadi belum tentu
bisa dipasarkan langsung. Hal ini yang menjadi beban jika hasil kerajinannya
tidak bisa langsung terjual, sangatlah berat bagi masyarakat yang hanya bisa
mengerjakan 1 lembar dalam seharinya, sehingga apalah daya masyarakat jika hal
tersebut terjadi.
Musim hujan menjadi kendala utama karena
kerajinan bamboo mengandalkan pancaran sinar matahari untuk menghasilkan
kerajinan yang maksimal. Jika kerajinan tidak sampai tercium oleh sinar
matahari akan mengakibatkan bilig – bilig yang sudah diproduksi akan berjamur
dalam kurun waktu tertentu.
Hubungan masyarakat dengan masyarakat
lain bisa dikatakan sangatlah harmonis, Desa Banjaran terbagi menjadi empat
dusun yaitu dusun banjaran, dusun tambangan, dusun sawangan dan dusun limbuk.
Hampir secara keseluruhan desa banjaran bisa dikatakan desa pengrajin bilig
dari bamboo, akan tetapi ada beberapa dusun di Desa Banjaran yang mempunyai
cirri khas tersendiri, yaitu dusun limbuk penghasil gula atau rata – rata
penderes (pembuat kelapa) karena wilayah lingkungannya dikelilingi oleh banyak
pepohonan kelapa yang rindang.
Sedangkan masyarakat yang mempunyai
keahlian selain dibidang kerajinan bamboo baik itu, bilig, keranjang, dll yang
bahan baku nya dari bamboo ada juga yang masyarakatnya sebagai pekerja
penambang di kali (sungai) mengumpulkan batu – batu kali dan pasir untuk dijual
kepada para pembeli yang menggunakan truk – truk besar maupun mobil dengan bak
terbuka yang kecil.
Ada juga sebagian kecil masyarakat yang
bercocok tanam atau bertani di sawah (ladang) masing – masing, namun kebanyakan
petani adalah kalangan orang tua yang pekerjaan kerajinan bamboo adalah
sampingan untuk mengisi kekosongan sewaktu – waktu jika tidak ke sawah
(ladang). Khusus untuk petani perempuan maupun laki – laki yang tidak mempunyai
sawah, pekerjaan petani hanya sewaktu – waktu jika musim panen padi maupun
kacang, atau hasil sawah yang lainnya. Jika tidak musim panen masyarakat pada
umumnya yaitu pengrajin gedeg (bilig) sehari – harinya.
Untuk para pemuda – pemudi generasi
penerus muda yang tidak mengerjakan pekerjaan sebagai pengrajin gedeg (bilig)
adalah bekerja di perusahaan di kota Purbalingga atau merantau di kota tetangga
hanya untuk menopang kehidupan keluarga khususnya perekonomian bagi keluarga
agar lebih baik.
Kota Purbalingga sendiri terdiri atas
beberapa perusahaan industri, banyak industri dengan bahan baku rambut manusia untuk dijadikan bulu mata palsu (eye-lash)
atau juga dibuat wig atau rambut palsu serta sanggul maupun hair piece yang dipasang untuk memberikan
tambahan rambut atau juga high-light secara temporer di rambut kita.[2] Keistimewaan
lain adalah industri knalpot yang merupakan transformasi dari
industri kuali dan panci tembaga.Knalpot Braling cukup terkenal di kalangan pemilik mobil,
sebagai alternatif suku cadang murah. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Purbalingga
Adapun gambaran dari Kabupaten Purbalingga merupakan bagian dari propinsi Jawa
Tengah. Luas wilayah Kabupaten Purbalingga adalah 77.764 Ha yang berdasarkan
bentang alamnya terbagi menjadi 2 daerah yakni daerah utara yang cenderung
merupakan daerah berbukit & daerah selatan dengan kecenderungan merupakan
daerah dataran rendah.
Wilayah purbalingga meliputi ketinggian dari 40 m dari permukaan
laut sampai dengan kurang lebih 3000 m diatas permukaan laut ini adalah suatu
potensi yang terhampar yang harus kita daya gunakan secara arif dan bijaksana
yang sudah barang tentu kesemuanya itu kita arahkan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat secara lahir dan batin.
Jarak kota Purbalingga dari ibu kota Propinsi Jawa Tengah yakni
Semarang adalah 191 km atau ditempuh dengan jalan darat
kira-kira 4 jam. Untuk mencapai Yogyakarta dengan perjalanan darat kira-kira 4
jam atau sekitar 200 km sedangkan jarak antara Purbalingga dengan Jakarta
kira-kira 400 km dengan waktu tempuh kira-kira 9 jam.
Kabupaten Purbalingga pada sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Pemalang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, di
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banyumas, dan disebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Banyumas. http://kotaperwira.com/profil/gambaran-wilayah#ixzz30AKNVYiG
Desa Banjaran sebagaimana dalam
ketentuan Peraturan Daerah No.5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga terdapat TPA yang dinamakan sebagai
TPA Banjaran. Hal ini diyakini oleh banyak masyarakat bahwa TPA tersebut adalah TPA yang sifatnya sementara, karena terbangunnya TPA pada tahun 1993/1994 adalah kontrak selama 10 tahun, namun pada tahun berjalan kurang lebih 5 tahun pertama tanah dijual dengan landasan sudah tercemar dan ada unsur permintaan untuk dijual (informasi pemilik tanah "Pak.Ranadi" dan Informasi Kepala Desa Banjaran tahun 1993 "Pak.Bardimin").
Tidak ada komentar:
Posting Komentar