animasi bergerak naruto dan onepiece
BANJARAN MENOLAK SAMPAH

Cari Blog Ini

Kamis, 05 Juni 2014

PROFIL DESA BANJARAN



http://bank-immo.blogspot.com/2012/11/cerita-kecil-jembatan-gantung-di-sindang.html
(Foto sekilas tentang pinggiran desa banjaran yang dilihat dari perbatasan desa, antara desa banjaran dengan desa sindang  dari jembatan gantung)

Banjaran adalah desa di Kecamatan Bojongsari, Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia. Banjaran terletak di tepi Kali Klawing anak sungai serayu. Desa ini memiliki industri kecil kerajinan anyaman dinding bamboo dan pembuatan gula kelapa. (http://id.wikipedia.org/wiki/Banjaran,_Bojongsari,_Purbalingga).

Desa Banjaran merupakan salah satu dari 13 Desa yang ada di kecamatan Bojongsari, Desa Banjaran sendiri mempunyai luas wilayah 327.990 Ha atau 3.28 Km, dengan jumlah penduduk 5.832 jiwa dengan Laki-Laki 2.932 dan Perempuan 2.900 yang terdiri dari 1.799 KK (Data Per-31 Desember 2013) bisa dikatakan pemukiman padat penduduk sedangkan Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 18 Kecamatan dan 359 Desa.

Terbententuknya atau Lahirnya menjadi Desa Banjaran belum diketahui secara pasti, akan tetapi informasi tersebut bisa terjawab secepatnya. Kehidupan masyarakat Desa Banjaran rata – rata dengan penghasilan pekerjaan sangatlah minim, sebagian besar perekonomian masyarakat pada umumnya menengah ke bawah,  Kerajinan anyaman dinding dari bamboo atau biasa disebut dengan Bilig yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat. Biasanya masyarakat mengerjakan pekerjaannya dalam sehari maksimal satu keluarga paling banyak 2 lembar bilig yang hasilnya hanya bisa dimakan oleh keluarganya, akan tetapi disamping bilig sudah jadi belum tentu bisa dipasarkan langsung. Hal ini yang menjadi beban jika hasil kerajinannya tidak bisa langsung terjual, sangatlah berat bagi masyarakat yang hanya bisa mengerjakan 1 lembar dalam seharinya, sehingga apalah daya masyarakat jika hal tersebut terjadi.

Musim hujan menjadi kendala utama karena kerajinan bamboo mengandalkan pancaran sinar matahari untuk menghasilkan kerajinan yang maksimal. Jika kerajinan tidak sampai tercium oleh sinar matahari akan mengakibatkan bilig – bilig yang sudah diproduksi akan berjamur dalam kurun waktu tertentu.


Hubungan masyarakat dengan masyarakat lain bisa dikatakan sangatlah harmonis, Desa Banjaran terbagi menjadi empat dusun yaitu dusun banjaran, dusun tambangan, dusun sawangan dan dusun limbuk. Hampir secara keseluruhan desa banjaran bisa dikatakan desa pengrajin bilig dari bamboo, akan tetapi ada beberapa dusun di Desa Banjaran yang mempunyai cirri khas tersendiri, yaitu dusun limbuk penghasil gula atau rata – rata penderes (pembuat kelapa) karena wilayah lingkungannya dikelilingi oleh banyak pepohonan kelapa yang rindang.

Sedangkan masyarakat yang mempunyai keahlian selain dibidang kerajinan bamboo baik itu, bilig, keranjang, dll yang bahan baku nya dari bamboo ada juga yang masyarakatnya sebagai pekerja penambang di kali (sungai) mengumpulkan batu – batu kali dan pasir untuk dijual kepada para pembeli yang menggunakan truk – truk besar maupun mobil dengan bak terbuka yang kecil.

Ada juga sebagian kecil masyarakat yang bercocok tanam atau bertani di sawah (ladang) masing – masing, namun kebanyakan petani adalah kalangan orang tua yang pekerjaan kerajinan bamboo adalah sampingan untuk mengisi kekosongan sewaktu – waktu jika tidak ke sawah (ladang). Khusus untuk petani perempuan maupun laki – laki yang tidak mempunyai sawah, pekerjaan petani hanya sewaktu – waktu jika musim panen padi maupun kacang, atau hasil sawah yang lainnya. Jika tidak musim panen masyarakat pada umumnya yaitu pengrajin gedeg (bilig) sehari – harinya.

Untuk para pemuda – pemudi generasi penerus muda yang tidak mengerjakan pekerjaan sebagai pengrajin gedeg (bilig) adalah bekerja di perusahaan di kota Purbalingga atau merantau di kota tetangga hanya untuk menopang kehidupan keluarga khususnya perekonomian bagi keluarga agar lebih baik.

Kota Purbalingga sendiri terdiri atas beberapa perusahaan industri, banyak industri dengan bahan baku rambut manusia untuk dijadikan bulu mata palsu (eye-lash) atau juga dibuat wig atau rambut palsu serta sanggul maupun hair piece yang dipasang untuk memberikan tambahan rambut atau juga high-light secara temporer di rambut kita.[2] Keistimewaan lain adalah industri knalpot yang merupakan transformasi dari industri kuali dan panci tembaga.Knalpot Braling cukup terkenal di kalangan pemilik mobil, sebagai alternatif suku cadang murah. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Purbalingga

Adapun gambaran dari Kabupaten Purbalingga merupakan bagian dari propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Purbalingga adalah 77.764 Ha yang berdasarkan bentang alamnya terbagi menjadi 2 daerah yakni daerah utara yang cenderung merupakan daerah berbukit & daerah selatan dengan kecenderungan merupakan daerah dataran rendah.

Wilayah purbalingga meliputi ketinggian dari 40 m dari permukaan laut sampai dengan kurang lebih 3000 m diatas permukaan laut ini adalah suatu potensi yang terhampar yang harus kita daya gunakan secara arif dan bijaksana yang sudah barang tentu kesemuanya itu kita arahkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat secara lahir dan batin.

Jarak kota Purbalingga dari ibu kota Propinsi Jawa Tengah yakni Semarang adalah 191 km atau ditempuh dengan jalan darat kira-kira 4 jam. Untuk mencapai Yogyakarta dengan perjalanan darat kira-kira 4 jam atau sekitar 200 km sedangkan jarak antara Purbalingga dengan Jakarta kira-kira 400 km dengan waktu tempuh kira-kira 9 jam.

Kabupaten Purbalingga pada sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pemalang, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banyumas, dan disebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Banyumas. http://kotaperwira.com/profil/gambaran-wilayah#ixzz30AKNVYiG

Desa Banjaran sebagaimana dalam ketentuan Peraturan Daerah No.5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga terdapat TPA yang dinamakan sebagai TPA Banjaran. Hal ini diyakini oleh banyak masyarakat bahwa TPA tersebut adalah TPA yang sifatnya sementara, karena terbangunnya TPA pada tahun 1993/1994 adalah kontrak selama 10 tahun, namun pada tahun berjalan kurang lebih 5 tahun pertama tanah dijual dengan landasan sudah tercemar dan ada unsur permintaan untuk dijual (informasi pemilik tanah "Pak.Ranadi" dan Informasi Kepala Desa Banjaran tahun 1993 "Pak.Bardimin").


Tidak ada komentar:

Posting Komentar